Minggu, 29 Mei 2016

Sebagai Renungan Kita Bersama

Demikianlah tempurung demikian pula katak menjadi kata-kata yang dirangkai menjadi sebuah peribahasa yang disebut Bagai Katak Dalam Tempurung. Lalu apa sebenarnya yang perlu kita ketahui dari makna dibalik peribahasa tersebut? Pernahkan anda sewaktu masih usia belia diceritakan tentang Lima Orang Buta Dengan Seekor Gajah? Sebut saja kelima orang buta tersebut A, B, C, D, E yang berupaya menjelaskan tentang bentuk seekor gajah. Si-A mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti pohon kelapa karena ia pernah memegang kaki gajah yang memang mirip seperti sebatang kelapa. Si-B mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti tampi (alat dari anyaman bamboo yang digunakan untuk membersihkan beras dari sekam), karena dia pernah memegang kuping gajah yang lebar itu. Si-C mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti tanduk karena dia memang pernah memegang gading gajah yang memang seperti tanduk. Si-D mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti selang karet yang besar karena dia memang pernah memegang belalai gajah. Si-E mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti pecut atau cambuk karena dia memang pernah memegang ekor gajah yang mirip pecut. Tidak perlu kita membuat argumentasi atas cerita ringan ini akan tetapi cerita ini merupakan kiasan bagi orang yang pada dasarnya tidak mengetahui akan sesuatu hal secara menyeluruh tetapi dia tetap mengatakan bahwa dialah yang paling benar. Bila Si A, B, C, D, E mempertahankan kebenarannya maka mereka dapat disebut Bagai Katak Dibawah Tempurung. Mungkin anda pernah melihat sebuah cangkir tempat minum raja dari jarak tertentu dan anda merasa yakin dan mempertahankan bahwa cangkir itu murni berbentuk silinder, tetapi pelayan pribadi sang raja mengatakan bahwa cangkir itu memiliki telinga, lalu anda tetap bertahan mengatakan bahwa cangkir raja itu benar berbentuk silinder tanpa memiliki telinga, karena anda sangat yakin dengan apa yang anda lihat sendiri. maka anda dapat dikatakan Bagai Katak Dibawah Tempurung. Anda tetap mempertahankan penglihatan anda yang mengatakan bahwa di landasan pacu pesawat terbang di bandara sedang terjadi genangan air pada saat terik matahari, sementara semua orang mengetahui bahwa itu adalah efek pantulan dari lapisan udara yang terdapat dipermukaan landasan pacu yang menyerupai genangan air, tetapi anda lebih meyakini pandangan mata anda sendiri sebagai pendapat yang tak mau dibantah. Maka anda dapat disebut seorang Bagaikan Katak Dibawah Tempurung. Bila anda dibawa ke sebuah tempat yang gelap gulita sehingga pandangan anda hanya sebatas mata anda saja, lantas anda mengatakan ditempat itu tidak ada apa-apa. Karena anda hanya mempercayai apa yang terlihat oleh mata anda sendiri, maka anda akan menyangkal apa yang dikatakan oleh banyak orang bahwa banyak hal yang ada di tempat gelap gulita itu. Sikap anda yang menyangkal apa yang dikatakan oleh orang-orang dapatlah disebut bahwa anda adalah seorang Bagai Katak Dibawah Tempurung. Anda dibawa ke sebuah tempat yang terang benderang dan mata anda dapat melihat apa saja yang terlihat di tempat itu. Lalu bila ada orang lain yang mengatakan bahwa di tempat yang anda lihat itu ada hal lain yang tidak anda lihat lantas anda akan menyangkal bahwa itu tidak benar. Anda sangat yakin mengatakan bahwa yang anda lihatlah yang ada disitu, sementara semut yang ada dicelah-celah atau katakan kuman atau virus yang kasat mata tidak akan anda akui ada ditempat itu. Anda dapat dikatakan sebagai seorang Bagaikan Katak Dibawah Tempurung. Banyak hal yang dapat digambarkan untuk menjelaskan arti ungkapan Bagai Katak Dibawah Tempurung. Banyak orang yang terkondisi pada suatu lingkungan, suasana, masa, dimana egosentris lebih mengemuka pada dirinya. Mungkin anda adalah seorang yang sudah terpaku kepada kiasan-kiasan yang mengatakan; Mata adalah pelita hati, Lihat Dulu Baru Percaya, Percaya Diri Berlebih (Over confidence), Selfish, Egoist, sehingga anda merasa yang paling benar terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak anda ketahui, maka anda akan menjadi seorang Bagaikan Katak Dibawah Tempurung. Sesaat kecebong bertumbuh kaki, terputus ekor, berubah insang dengan paru-paru, dan melompatlah sang katak kecil ke tumpukan tempurung dan katak itu pun tertutup dibawah tempurung itu. Sang katak kecil masih hidup di dalam kegelapan di bawah tempurung itu. Sang katak kecil masih dapat bertumbuh menjadi besar karena ada semut-semut yang menjadi mangsanya, adapula nyamuk-nyamuk yang nyelonong, ada pula cacing-cacing yang nongol mencari kelembaban semuanya menjadi mangsa katak sehingga bertumbuh menjadi besar dan punggung sang katak sudah menyentuh cekungan tempurung paling atas. Sang katak menganggap dirinya sudah sampai di langit karena punggungnya dianggap sudah menyentuh langit, maka diapun menjadi pongah, congkak, menganggap tau segala, padahal dia adalah benar-benar Sang Katak Dibawah Tempurung. Apakah anda seorang Bagai Katak Dibawah Tempurung? Pada dasarnya anda tidak mampu melihat siapa diri anda sendiri akan tetapi orang lain tentu mengetahui bahwa anda mungkin hanyalah seseorang yang hanya berada dalam tempurung, lingkungan terbatas, tidak mengetahui dunia luar, lihatlah lingkungan menganggap diri sudah sampai dilangit, dan banyak lagi sebutan yang menggambarkan siapa diri anda. Kalau jawabannya YA, sebaiknya anda keluar dari habitat yang lebih besar, lihat dunia luar supaya anda tidak Bagai Katak Di bawah Tempurung.
Sebagai renungan diri saya dan juga yg membaca, semoga memberi mamfaat bagi kehidupan qt lebih baik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar